9 Tantangan Kehidupan Orang Indonesia di Luar Negeri, 12 Butir Telur Puyuh Hanya 100 Ribu Saja! Suka Duka Merantau ke New Zealand

Luxiana

Well-known member
User ID
921
Joined
16 Sep 2021
Messages
116
Reaction score
12
Points
18
Keluarga Andy Saputra dengan Thirza Saputra, Jayden Saputra, dan Jensen Saputra

Tinggal di luar negeri mungkin terdengar menyenangkan. Banyak orang terkesima dengan pendapatan minimal yang para perantau antara negara terima. Sebagai contoh, pendapatan minimal pekerja di New Zealand adalah $20 atau sekitar Rp200.000 per jam.

Jika Anda bekerja selama delapan jam sehari, maka setidaknya Anda akan mengantongi $160 atau sekitar Rp1.600.000. Bagaimana jika Anda bekerja selama dua puluh empat hari dalam sebulan di New Zealand? Tentu Anda akan menerima gaji bulanan sebesar $3,840 atau sekitar Rp38.900.000. Jumlah sangat yang fantastis ‘kan?

Andy Saputra adalah seorang pria asal Surakarta yang telah berhasil mewujudkan impian untuk merantau ke New Zealand. Menurut Andy, ada jauh lebih banyak alasan mengapa Anda harus mempertimbangkan kesempatan untuk merantau ke luar negeri. Selain, jumlah gaji yang memuaskan tersebut.

Oleh karena itu, Andy bersama istri tercinta, Thirza Saputra melalui kanal YouTube mereka menjabarkan suka duka kehidupan mereka di New Zealand. Berikut tersaji sembilan tantangan kehidupan orang Indonesia di New Zealand, yaitu:

1. Kangen Kampung Halaman​

“Karena keluarga kita ‘kan memang semuanya di Indonesia,” ungkap Thirza.

Thirza mengatakan bahwa salah satu cobaan terberatnya saat memutuskan untuk pindah ke New Zealand adalah perasaan homesick. Jauh dari keluarga tentu membuat siapapun merasa kurang bersahaja.

Homesick selama tiga bulan awal kepindahan adalah hal yang normal menurut sepasang suami istri itu. Thirza juga meyakinkan bahwa kemudahan akses komunikasi seperti video call tidak cukup untuk mengisi kekosongannya saat itu.

2. Gagap Bahasa Inggris​

Thirza mengungkapkan bahwa dirinya tidak bisa menggunakan Bahasa Inggris dengan baik saat pertama kali menginjakkan kaki di New Zealand.

“Perbedaan bahasa bikin stres,” ungkap Thirza.

Hal itu membuat Thirza sulit untuk berkomunikasi dengan warga setempat. Tak kenal, maka tak sayang. Namun, bagaimana mau kenalan jika tidak bisa ngobrol bareng?

Meski begitu, Thirza dengan percaya diri meyakinkan bahwa seiring dengan berjalannya waktu, kemampuan berbahasa itu bisa diraih dengan mudah. Jadi, jangan takut merantau ke luar negeri, ya!

3. Makanan Tidak Enak​

Enak atau tidaknya suatu makanan bersifat subjektif. Meski seseorang mengatakan bahwa suatu makanan tidak enak, tidak menutup kemungkinan ada seorang yang berpendapat sebaliknya.

Kendati demikian, sebagai seorang perantau di New Zealand, tentu masih ada perasaan homesick yang tersisa. Perbedaan cita rasa serta teknik penggunaan rempah-rempah dalam makanan membuat para perantau dari Indonesia merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan budaya baru.

Terutama untuk para sahabat pecinta pedas. Meski begitu, Anda tidak perlu khawatir karena di New Zealand terdapat beberapa tempat makan yang mampu menyembuhkan perasaan homesick Anda.

Melalui kanal YouTube-nya Andy merekomendasikan beberapa tempat makan Indonesia paling asik di New Zealand, yaitu:

4. Perbedaan Budaya, No Baper Baper Club​

Kenyataan ini memberikan shock culture yang lumayan hebat kepada Thirza. Sebab, budaya transparan di mana seseorang tidak akan segan mengungkapkan keresahan mereka satu sama lain adalah hal yang tidak biasa di Indonesia.

Andy menambahkan bahwa meski budaya transparan itu terlihat riskan dalam pertemanan, masyarakat New Zealand cenderung tidak baperan. Sehingga, tidak ada dendam di balik keterbukaan tersebut. Sesungguhnya, budaya transparan ini tidaklah buruk.

Pertemanan adalah hubungan timbal balik yang dibangun oleh kedua dua belah pihak. Lalu untuk apa menyembunyikan perasaan mengganjal Anda?

5. Negara Empat Musim​

1*lXLWjqKksPI0T853LkvG-Q.jpeg

Andy menerangkan bahwa New Zealand adalah negara dengan empat musim, yaitu summer, autumn, winter, dan spring. Sebagai negara dengan empat musim, New Zealand menjadi salah satu negara yang kesulitan untuk mempertahankan keberadaan buah segarnya. Sebab, buah yang tersedia di pasaran akan berbeda setiap musimnya.

Sebagai contoh, Anda mungkin bisa menemukan banyak anggur dan strawberry segar dengan harga terjangkau di musim panas. Sebaliknya, Anda akan sangat kesulitan untuk mencarinya di musim dingin. Sekali pun Anda menemukannya, harganya akan terlampau sangat tinggi. Walau begitu, Anda masih bisa membelinya dalam bentuk frozen atau buah-buahan beku.

Meski terbagi menjadi beberapa musim, menurut Andy, perubahan suhu antara musim di New Zealand tidaklah ekstrem. Pada summer atau musim panas, suhu di Selandia Baru hanya sekitar 20°C — 25°C.

Sementara itu, suhu ketika winter atau musim dingin biasanya tidak jauh melebihi 0°C. Sehingga tidak terlalu dingin juga untuk para perantau dari negara tropis.

Membicarakan negara empat musim tentunya tidak akan sempurna tanpa autumn atau musim gugur. Selama musim gugur tentunya akan ada banyak daun yang berguguran. Hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri untuk para penghobi gambar. Meski sedikit berdebu, menurut Andy musim gugur adalah musim paling instagramable di New Zealand.

Musim terakhir dalam daftar adalah spring atau musim semi. Meski musim semi menyajikan keindahan perkembangan kelopak baru dengan udara yang sangat menyejukkan, sayangnya Anda akan menemukan banyak pollen. Serbuk sari atau yang akrab disapa pollen akan beterbangan dibawa angin selama musim ini. Hal ini bisa menyebabkan efek alergi bagi segelintir orang dengan kulit sensitif.

6. Medical Care 100% Gratis​

Menurut Andy, kebijakan ini sangatlah membantu masyarakat. Meski tentunya pasti tidak ada satu orang pun yang bersedia jatuh sakit untuk menikmati kebijakan ini. Namun, saat Anda terserang penyakit, tentunya kebijakan ini bisa membuat Anda menghela napas lega.

Andy juga menceritakan pengalaman keluarga kecilnya saat proses kehamilan, kelahiran hingga perawatan setelah kelahiran kedua buah hati mereka, Jayden dan Jensen.

“Seratus persen ditanggung pemerintah,” ungkap Andy.

Sayangnya, kemudahan ini hanya bisa dirasakan oleh para pemegang resident visa yang tentunya memiliki hak serupa dengan warga sipil New Zealand.

Meski begitu, jangan khawatir jika Anda belum memegang resident visa. Sebab, biaya ke dokter tidaklah mahal, hanya sekitar $10 atau sekitar Rp100.000 saja untuk setiap konsultasi. Jika Anda menerima resep, Anda hanya perlu merogoh $5 atau Rp50.000 per obat. Bahkan, New Zealand memiliki beberapa area yang menggratiskan proses penebusan resep dokter.

7. Beasiswa Selamanya di New Zealand​

Berita bahwa New Zealand memberikan beasiswa kepada siswa berprestasi yang bersedia bersekolah di sana tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Kenyataannya, New Zealand memang menggratiskan sebagian besar sekolah untuk masyarakatnya.

Mulai dari primary school yang setara dengan sekolah dasar (SD), secondary school yang setara dengan sekolah menengah, hingga bangku perkuliahan. Anak hanya perlu datang dan menerima pembelajaran.

Kebijakan ini tentunya hanya bisa dinikmati oleh para pemegang resident visa.

8. Jaminan untuk Kaum Pengangguran​

Sebagai salah satu negara paling makmur di dunia, New Zealand memang memiliki kebijakan yang sangat luar biasa.

Andy menjelaskan bahwa seorang pengangguran akan diberikan jaminan sebesar $150 atau sekitar Rp1.500.000 per minggu. Jumlah yang lumayan menggiurkan, bukan?

Meski begitu, kebijakan ini tidak membuat seseorang berminat untuk menjadi pengangguran. Sebab, jumlah tersebut bahkan tidak sebanding dengan penghasilan seseorang yang bekerja selama delapan jam sehari.

9. Rempah-rempah Seharga Emas​

Dalam salah satu video di kanal YouTube Andy Saputra, Thirza bersama suaminya menunjukkan betapa jauh perbedaan harga kebutuhan pokok, terutama rempah-rempah di New Zealand.

Thirza juga menyebutkan betapa sulitnya mencari supermarket yang menyediakan kebutuhan khas masyarakat Asia. Salah satu tempat belanja favorit Thirza adalah TaiPing.

Sebagai contoh, beberapa lembar daun jeruk di banderol dengan harga $1,99 atau sekitar Rp20.000. Persiapkan hati Anda agar tidak terkejut saat melihat satu lusin telur puyuh yang dijual seharga $9,99 atau sekitar Rp100.000.

Kendati demikian, harga yang fantastis ini sebanding dengan pendapatan yang mungkin Anda peroleh saat merantau ke New Zealand.

1*1XMc4m6g5xaDtZBfzxDi5Q.jpeg

Jadi Bagaimana?​

Apakah sembilan tantangan di atas berhasil menggelitik minat Anda untuk merantau ke luar negeri? Untuk informasi lebih lanjut seputar kehidupan di New Zealand, silakan kunjungi kanal YouTube Andy Saputra.
 
 Short URL:
Back
Top